Senin, 22 September 2014

Pemeriksaan Urin Rutin

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Urine


Terdapat beberapa macam pemeriksaan urin, yaitu urinalisis, tes kehamilan, tes narkoba, biakan kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes mikroskopik.


Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.

Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui : (1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir; (2) unusur anorganik (kristal, garam amorf); (3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).


Warna Urin
Warna Urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen serta pH.
  • Warna Merah coklat ; menunjukan urin mengandung hemoglobin, myoglobin, pugmen empedu, darah dan pewarna. Dapat juga karena pemakaian klorpromazin, haloperidol, rifampisin, fenition, ibuprofen. Warna merah coklat dapat berarti urin bersifat asam (karena metronidazol) atau alkali (karena laksatif, metildopa).
  • Warna Kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik fenolftalein, ibuprofen, fenitoin dan klorokuin.
  • Warna biru kehijauan menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, adanya bakteri Pseudomonas, pigmen empedu dan amitriptilin.
  • Warna hitam menunjukkan adanya alkaptouria
  • Warna gelap menunjukkan adanya porfiria, malignant melanoma (sangat jarang ditemukan)
  • Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu
  • Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin
 

pH
Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.

Berat Jenis
Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 – 1,025. Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.

Glukosa
Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral).
Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.

Protein
Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi

Bilirubin dan Urobilinogen
Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran empedu.
Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine.

Darah
Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni. Adanya darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Nitrit
Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.

Keton
Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme. Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan.

Lekosit Esterase
Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil. Dalam keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase dalam air seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).

Sedimen / Endapan
Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara mikroskopik untuk mengetahui adanya : (1) material organik, yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk lain : silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu garam amorf dan kristal; (3) elemen lain, seperti bakteri, parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau spermatozoa.

Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.

Epitel. Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.

Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus ginjal.

Kristal. Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum).
Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentuk batu.

Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.

Benang lendir (mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.

Spermatozoa, bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.

Bakteri. Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.

Sel jamur menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran saja.

Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.

Minggu, 21 September 2014

PEMERIKSAAN TINJA METODE KATO KATZ

Pemeriksaan tinja bertujuan untuk menegakkan diagnosis pasti, ada dan tidaknya infeksi cacing, berat ringannya infeksi serta jenis telur cacing yang ada.
Bahan dan Peralatan
a)              Aquadest
b)              Glycerin
c)              Malachite green (hijau malasit)
d)              Gelas obyek
e)              Cellophane tape (selofan), ukuran lebar 2,5 cm.
f)               Karton ukuran tebal 2 mm dan dilubangi dengan perforator
g)              Kawat saring atau kawat kasa (wire screen).
h)              Pot plastik ukuran 10 – 15 cc atau kantong plastik obat.
i)                Lidi atau tusuk gigi
j)                Kertas minyak
k)              Kertas saring atau tissue
l)                Spidol tahan air
m)            Tutup botol dari karet
n)              Gunting logam
o)              Waskom plastik kecil
p)              Sabun dan deterjen
q)              Handuk kecil
r)               Sarung tangan karet
s)              Formalin 5 – 10 %
t)               Mikroskop
u)              Formulir
v)              Ember
w)            Counter (alat penghitung)

Cara Pembagian dan Pengumpulan Tinja :
a)              Sebelum pot tinja dibagi perlu dilakukan wawancara tentang pengetahuan Cacingan, kebiasaan hidup sehat dengan menggunakan kuesioner pengetahuan murid sekolah dasar atau responden.
b)              Setelah wawancara, responden dibagikan pot tinja yang telah diberi kode sesuai dengan kode yang tertulis pada kuesioner pengetahuan murid sekolah dasar. Bila sasarannya masyarakat maka kode yang dicantumkan ditambah alamat lengkap, desa RT dan RW. Pot tersebut diisi dengan tinjanya sendiri dan dikumpulkan pada keesokan harinya.
c)              Jumlah tinja yang dimasukkan ke dalam pot / kantong plastik sekitar 100 mg (sebesar kelereng atau ibu jari tangan).
d)              Spesimen harus segera diperiksa pada hari yang sama, sebab jika tidak telur cacing tambang akan rusak atau menetas menjadi larva. Jika tidak memungkinkan tinja harus diberi formalin 5-10% sampai terendam.

Metode Pemeriksaan Kato-Katz
a)              Cara Membuat Larutan Kato
Yang dimaksud dengan Larutan Kato adalah cairan yang dipakai untuk merendam/memulas selofan (cellophane tape) dalam pemeriksaan tinja terhadap telur cacing menurut modifikasi teknik Kato dan Kato-Katz.
(1)     Untuk membuat Larutan Kato diperlukan campuran dengan perbandingan: Aquadest 100 bagian, Glycerin 100 bagian dan Larutan malachite green 3% sebanyak 1 bagian.
(2)     Timbang malachite green sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam botol/beker glass dan tambahkan aquadest 100 cc sedikit demi sedikit lalu aduk/kocok sehingga homogen, maka akan diperoleh larutan malchite green 3%.
(3)     Masukkan 100 cc aquadest ke dalam Waskom plastik kecil, lalu tambahkan 100 cc glycerin sedikit demi sedikit dan tambahkan 1 cc larutan malachite green 3%, lalu aduk sampai homogen. Maka akan didapatkan Larutan Kato 201 cc.
 
b)             Cara merendam / memulas selofan (cellophane tape)
(1)     Buatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan ukuran Waskom plastik kecil. Contoh: Misal bingkai untuk foto
(2)     Libatkan / lilitkan selofan pada bingkai tersebut.
(3)     Rendamlah selama + 18 jam dalam Larutan Kato.
(4)     Pada waktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam sepanjang 3 cm.

c)              Cara Pemeriksaan Kualitatif (modifikasi teknik Kato)
Hasil pemeriksaan tinja kualitatif berupa positif atau negatif cacingan. Prevalensi cacingan dapat berupa prevalensi seluruh jenis cacing atau per jenis cacing.

(1)     Cara Membuat Preparat
(a)     Pakailah sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan infeksi berbagai penyakit.
(b)     Tulislah Nomor Kode pada gelas objek dengan spidol sesuai dengan yang tertulis di pot tinja.
(c)     Ambillah tinja dengan lidi sebesar kacang hijau, dan letakkan di atas gelas obyek.
(d)     Tutup dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato, dan ratakan tinja di bawah selofan dengan tutup botol karet atau gelas obyek.
(e)     Biarkan sediaan selama 20-30 menit.
(f)      Periksa dengan pembesaran lemah 100 x (obyektif 10 x dan okuler 10x), bila diperlukan dapat dibesarkan 400 x (obyektif 40 x dan okuler 10 x).
(g)     Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing.

(2)     Cara Menghitung Prevalensi
(a)     Prevalensi Seluruh Cacing =
Jumlah specimen positif telur minimal 1 jenis cacing x 100%
Jumlah specimen yang diperiksa
(b)     Prevalensi Cacing Gelang
Jumlah specimen positif telur cacing gelang x 100%
Jumlah specimen yang diperiksa
(c)     Prevalensi Cacing Cambuk
Jumlah specimen positif telur cacing cambuk x 100%
Jumlah specimen yang diperiksa
(d)     Prevalensi Cacing Tambang
Jumlah specimen positif telur cacing tambang x 100%
Jumlah specimen yang diperiksa

d)             Cara Pemeriksaan Kuantitatif
Pemeriksaan kuantitatif diperlukan untuk menentukan intensitas infeksi atau berat ringannya penyakit dengan mengetahui jumlah telur per gram tinja (EPG) pada setiap jenis cacing.

(1)     Cara Membuat Preparat
(a)     Saringlah tinja menggunakan kawat saring.
(b)     Letakkan karton yang berlubang di atas slide kemudian masukkan tinja yang sudah di saring pada lubang tersebut.
(c)     Ambillah karton berlubang tersebut dan tutuplah tinja dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato.
(d)     Ratakan dengan tutup botol karet hingga merata. Diamkan kurang lebih sediaan selama 20 – 30 menit.
(e)     Periksa di bawah mikroskop dan hitung jumlah telur yang ada pada sediaan tersebut.

(2)     Cara Menghitung Telur
Hasil pemeriksaan tinja secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi, yaitu jumlah telur per gram tinja (Egg Per Gram/EPG) tiap jenis cacing.
(a)     Intensitas Cacing Gelang = Jumlah telur cacing gelang x 1000/R
   Jumlah specimen positif telur Cacing Gelang
 (b)     Intensitas Cacing Cambuk = Jumlah telur cacing cambuk x 1000/R
      Jumlah specimen positif telur Cacing Cambuk
 (c)     Intensitas Cacing Tambang = Jumlah telur cacing tambang x 1000/R
       Jumlah specimen positif telur Cacing Tambang

Ket : R = berat tinja sesuai ukuran lubang karton (mg).
Untuk program cacingan adalah 40 mg.

Klasifikasi Intensitas Infeksi
Klasifikasi intensitas infeksi merupakan angka serangan dari masing-masing jenis cacing. Klasifikasi tersebut digolongkan menjadi tiga, yaitu ringan, sedang dan berat. Intensitas infeksi menurut jenis cacing dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1 – Klasifikasi Intensitas Infeksi Menurut Jenis Cacing
No.
Klasifikasi
                                 Jenis Cacing
Cacing Gelang
Cacing Cambuk
Cacing Tambang
1.
Ringan
1 – 4.999
1 – 999
1 – 1.999
2.
Sedang
5.000 – 49.999
1.000 – 9.999
2.000 – 3.999
3.
Berat
> 50.000
> 10.000
> 4.000

e)              Pembuangan Limbah Laboratorium
(1)     Wadah dari kertas, plastik, stik/lidi diberi desinfektan (sodium hipoklorit) kemudian dibakar.
(2)     Wadah dari gelas/kaca atau metal ditambahkan formalin 10%, diamkan 1 jam atau lebih kemudian cuci dengan air bersih.
(3)     Kaca objek bekas pakai direndam dalam larutan yang diberi desinfektan selama kurang lebih 1 jam, kemudian cuci dengan air bersih. Gunakan lidi untuk melepas kaca penutup (“cover glass”)

Gambar Cacing Tambang

 
Gambar Telur Cacing Gelang

 Gambar telur Cacing Cambuk